Halaman

Jumat, 04 September 2009

Studi Ma'anil Hadis

Studi Ma'anil Hadis;
Malaikat Membentangkan Sayapnya Bagi Orang yang Menuntut Ilmu

A. Pendahuluan

Jika kita lihat dalam al-Qur'an, ternyata al-Qur'an secara signifikan tidak mengungkap tentang tujuan pendidikan secara rinci dan tegas. Namun isyarat akan keutamaan dan kemuliaan yang didapat melalui proses pendidikan banyak diungkap di dalamnya. Al-Qur'an menggunakan kata ilmu dengan berbagai derivasinya tidak kurang dari 408 kali, ini menunjukkan bahwa keutamaan ilmu dan orang yang menuntut ilmu sangatlah tinggi, bahkan semangat keilmuan ini disejajarkan dengan ke-tauhidan. Surah al-'Alaq 1-5 sebagai bukti pensejajaran itu.
Demikan pula halnya dengan hadis Rasulullah saw., dalam berbagai kesempatan Rasul saw. sering memberikan semangat dan respon yang sangat simpati terhadap orang yang berilmu dan para penuntut ilmu, bahkan tidak jarang Rasul memberikan motifasi dan keutamaan-keutamaan bagi orang yang menuntut ilmu. Sehingga tidak jarang pula Rasul memanjatkan do'a bersama-sama dengan penyertaan beliau yang mengandung anjuran bahkan perintah menuntut ilmu seperi ungkapan-ungkapan yang sudah masyhur dikalangan masyarakat.
Jika lebih dicermati, bahwa menuntut ilmu itu bukan hanya sekedar kewajiban manusia tetapi merupakan suatu kebutuhan primer bagi manusia, bagi kelangsungan hidupnya di dunia maupun di akhirat kelak. Sebab, untuk mencapai kebahagian di dunia harus dengan ilmu, begitu juga jika ingin bahagia di akhirat haruslah dengan ilmu. Oleh karena itu, Rasullullah melalui hadisnya sering memberikan motifasi dan semangat bagi orang-orang yang mau dan sedang menuntut ilmu.
Motifasi-motifasi yang dilontarkan oleh Rasul saw. tidak hamya berupa kemulian dan keutamaan yang diberikan bagi orang yang berilmu (baca: Ulama), akan tetapi motifasi-motifasi itu juga dilontarkan Rasul dalam bentuk perlindungan yang dilakukan oleh malaikat bagi orang-orang-orang yang sedang atau akan menuntut ilmu. Hal ini senada dengan yang dilukiskan dalam al-Qur'an. Di dalam al-Qur'an sendiri isarat akan keutamaan dan kemulian bagi orang yang menuntut ilmu yang didapat melalui proses pendidikan sangat banyak disebutkan di dalamnya.
Perlindungan yang dilakukan oleh malaikat bagi orang-orang yang menuntut ilmu adalah merupakan suatu motifasi yang sampaikan oleh Rasul saw. agar orang-orang (baca: Islam) semangat dalam menuntut ilmu. Walaupun sebenarnya perlindungan itu bisa saja dipahami sebagai sebuah kemuliaan atau pengangkatan derajat bagi orang yang menuntut limu, namun yang jelas bahwa memang perlindungan yang dilakukan oleh malaikat bagi orang yang menuntut, ilmu sejak dia keluar dari rumah hingga pulangnya memang ada, walaupun tidak diketahui apa bentuknya. Seperti yang akan dibahas dalam makalah ini, yakni tentang: "malaikat akan membentangkan sayapnya bagi orang yang menuntut ilmu karana senang dengan apa yang dilakukannya".
Dalam makalah ini akan dibahas sebuah matan hadis yang berkaitan dengan motifasi yang diberikan Rasul kepada orang yang menuntut ilmu. Makalah ini tidak akan membahas tentang kesahihan sanadnya, namun hanya berfokus pada pemahaman terhadap matan dan nantinya akan dilakukan sebuah kritik untuk melihat apakah hadis ini dapat diterapkan pada konteks saat ini.
Sebelumnya, untuk mengantarkan pada kajian kritik praktis maka akan dibabahas lebih dahulu matan hadis dari pemehaman bahasa dan dikonfirmasikan dengan ayat-ayat al-Qur'an sebagai pendukung kehujjahan sebuah matan hadis, serta juga akan dilihat hadis-hadis lain sebagai pendukung. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah tinjauan historis. Dari sisni nantinya baru akan muncul tinjauan kritik dan pemahaman sebuah hadis secara komprehensif dan mendalam. Adapun hadis yang akan dibahas dalam makalah ini adalah hadis yang disampaikan oleh Abu Darda yang artinya: " Rasulullah saw. bersabda: "Tiadalah seorang pun yang keluar dari rumahnya dalam mencari ilmu kecuali para Malailat meletakkan sayap-sayap baginya (untuknya) karena senang (ridho) dengan apa yang dilakukannya". (H.R. Ibnu Majah).
Hadis ini tidak terdapat pada kitab Sahih Bukhari dan Sahih Muslim, namun setelah penulis melakukan penelusuran melalui kitab Mu'jam dan CD Mausu'ah, penulis menemukan hadis ini dibeberapa kitab, walaupun ada beberapa redaksi kata yang berbeda. Namun jika ditinjau dari segi kwalitasnya, setelah penulis lacak dari CD Mausu'ah bahwa hadis ini marfu' yang disandarkan kepada Rasulullah saw.
Pada intinya bahwa hadis ini memberikan gambaran sekaligus sebagai motifasi dan semangat, bahwa bagi setiap orang yang keluar dari rumahnya dengan niat menuntut ilmu, maka akan ada malaikat-malaikat yang akan menempatkan sayapnya untuknya, sebab malaikat senang dan ridha dengan apa yang dilkukannya. Untuk lebih jelasnya tentang masalah ini mari sama-sama kita lihat kajian di bawah ini.


B. Kajian Linguistik
Dalam kajian linguistik ini, penulis tidak mencantumkan seluruh kata dalam matan hadis untuk dirinci gramatikal dan maknanya. Sebab sebagian besar kata dalam matan hadis ini sudah sangat dipahami oleh sebagian besar orang, oleh karena itu, penulis hanya mencantumkan beberapa kata kunci yang menjadi titik fokus dari matan hadis ini, diantaranya kata; kharaja (خرج) , baitihi (بيته), dan ajnih}ataha (أجنحتها) teks hadisnya berbunyi;
222 حدثنا محمد بن يحيى . حدثنا عبد الرزاق . أنبأنا معمر عن عاصم بن أبيالنجودعن زر بن حبيش قال أتيت صفوان بن عسال المرادي فقال ما جاء بك ؟ قلت أنبط العلم. قال فإني سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول (ما من خارج خرج من بيته في طلب العلم إلا وضعت له الملائكة أجنحتها رضا بما يصنع)

Artinya: "Menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya, Memberitakan kepada kami Abdul Razzaq, memberitakan kepada kami Ma'mar dari 'Ashim bin Abu Najid, dari Zirrin bin Hubais, dia berkata "Saya mendatangi Shafwan bin 'Asal al-Mawardi>", beliau berkata: "kamu datang dengan niat apa? Saya menjawab; "saya hendak mencari ilmu" beliau berkata:"maka sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw. bersabda:"Tiadalah seorang pun yang keluar dari rumahnya dalam mencari ilmu kecuali para Malailat meletakkan sayap-sayap baginya (untuknya) karena senang (ridho) dengan apa yang dilakukannya". (H.R. Ibnu Majah).
Kata خرج diartikan keluar, dalam tata bahasa (konteks hadis ini) kata ini merupakan fi'il mad\i, yang berarti sedang atau akan keluar. Sementara kata خارج mengandung arti pelaku atau fa'il yakni orang yang keluar. Dalam kamus lisa>n al'Arab kata ini dilawankan maknanya dengan kata dakhala yang artinya masuk. Jadi kata kharaja ini berarti "keluar" yakni orang yang keluar dari tempat tinggalnya untuk suatu keperluan. Sedangkan kata بيته mengandung arti tempat tinggalnya (rumahnya), namun jika dirujuk dari kata aslinya ba>ta maka kata ini tidak hanya berarti tempat tinggal, tetapi bisa berarti "tempat" atau al-maka>n. Oleh karena itu, kata ini tidak hanya diartikan dengan makna tempat tinggal (rumah), namun juga bisa berarti tempat yang lain. Dalam al-Qur'an sebagian besar kata ini diartikan tempat diam atau tempat yang didiami (rumah) , seperti disebutkan dalam surah al-Nisa> ayat 100;

"Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi Ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), Maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah, dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".

Dari sini terlihat jelas bahwa bait adalah rumah tinggal atau tempat berdiam, maka jika seseorang beranjak atau meninggalkan tempatnya dengan niat untuk menuntut ilmu maka malaikat akan membentangkan sayapnya untuk orang yang pergi itu hingga dia kembali.
Selanjutnya kata أجنحتها. Kata ini berasal dari kata ج ن ح dalam kamus bahasa arab kata ini merujuk arti, sayap, tertutup, sayap burung, sirip ikan, tameng atau perlindungan. Kata ini juga seakar dengan kata jannah atau surga, sebab surga tertutup atau tidak terlihat oleh mata. Sementara kata yang terdiri dari rangkaian huruf jim ج , nun ن , dan nun ن mengandung makna ketersembunyian atau ketertutupan. Jika kita tarik artinya dari pemahaman hadis di atas, bahwa malaikat itu dengan sayapnya akan menutupi (melindungi) orang yang pergi dengan niat menuntut ilmu sampai ia kembali kerumahnya.
Kata ini terkadang juga diartikan tangan, dikatakan wa jana>hu al-Insa>n sama dengan wayada>hu al-Insan . Selain itu dalam al-Qur'an kata ini juga bisa bermakna sayap yang merujuk pada sayap malaikat seperti disebutkan dalam surah Fa>t\ir ayat pertama;


"Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu".

C. Kajian Tematik Komprehensif
Untuk kajian tematik komprehensif ini akan dipaparkan teks-teks hadis lain yang setema dengan hadis di atas, dalam hal ini penulis melacak ada beberapa hadis yang setema dengan hadis di atas diantaranya;
Hadis dari kitab Sunan at-Tirmizi bab al-'ilmu 'an Rasulullah
2646 - حدثنا محمود بن غيلان حدثنا أبو أسامة عن الأعمش عن أبي صالح عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه و سلم من سلك طريقا يلتمس به علما سهل الله له طريقا إلى الجنة
قال أبو عيسى هذا حديث حسن صحيح
"Barang siapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu (mencari ilmu) maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga".

2648 - حدثنا محمد بن حميد الرازي حدثنا محمد بن المعلى حدثنا زياد بن خيثمة عن أبي داود عن عبد الله بن سخبرة عن سخبرة عن النبي رسول الله صلى الله عليه و سلم قال من طلب العلم كان كفارة لما مضى
قال أبو عيسى هذا حديث ضعيف الإسناد أبو داود يضعف ولا نعرف لعبد الله بن سخبرة كبير شيء ولا لأبيه واسم أبي داود نفيع الأعمى تكلم فيه قتادة وغير واحد من أهل العلم موضوع
"Barang siapa yang mencari ilmu, maka perbuatannya (mencari ilmu) menjadi penebus dosanya yang telah lalu".
Kedua hadis ini merupakan pendukung atau hadis yang se-tema dengan hadis yang diteliti. Di sini dapat dilihat bahwa pada hadis yang pertama bahwa orang yang menuntut ilmu akan dimudahkan baginya jalan menuju surga. Demikian pula dengan hadis yang kedua bahwa bagi orang yang mencari ilmu akan dihapus dosanya yang telah lalu. Namun hadis kedua ini dinilai oleh ulama sebagai hadis da'if.
Pada hadis pendukung yang pertama, disebutkan bahwa orang yang berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga, sebagian ulama memahami artinya bahwa orang yang menuntut ilmu sama dengan orang yang mati syahid mereka akandimasukan ke surga oleh Allah swt. Demikian pula hadis yang kedua, hadis ini memberikan motifasi yakni dengan menuntut ilmu, maka Allah akan menghapus dosa orang yang menuntut ilmu itu, atau menuntut ilmu itu akan menjadi penebus dosa seseorang. Ini artinya bahwa dengan motifasi-motifasi itu, diharapkan orang-orang tidak menjadi enggan dalam menuntut ilmu.
Sebenarnya masih ada beberapa hadis yang setema dengan hadis yang diteliti, namun disini tidak penulis cantumkan karena, menurut hemat penulis cukup dengan dua hadis di atas sudah sanggup mewakili hadis yang lain. Namun yang paling signifikan menurt hadis ini adalah bahwa bagi orang menuntut ilmu akan diberikan manfaat dan ganjaran yang setimpal oleh Allah dari mulai keberangkatannya sampai dia pulang.
D. Kajian Komfirmatif
Pada kajian ini akan dilakukan studi konfirmatif hadis tentang menuntut ilmu di atas dengan petunjuk-petunjuk dalam al-Qur'an. Dari sini nantinya akan terlihat singkronisasi al-Qur'an dengan al-Sunnah dimana keduanya merupakan sumber tertinggi ajaran Islam. Dari peneletian penulis dengan menggunakan kitab Mu'jam, setidaknya ada dua ayat al-Qur'an yang secara eksplisit mendukung hadis ini, yakni;

1. Surah at-Taubah (9) ayat 122.


"Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya".

Menurut Quraish Shihab, ayat ini menjelaskan tentang kaum Muslimin yang berduyun-duyun dan bersemangat untuk berjihad/ berperang melawan kaum Kafir, sebab anjuran yang demikian gencar dan pahala yang menanti serta kecaman bagi yang enggan. Sementara ulama menyebutkan bahwa ketika Rasul saw. berada di Madinah, beliau mengutus beberapa orang ke beberapa daerah, banyak sekali yang ingin ikut dalam pasukan kecil itu, sehingga jika diperturutkan maka yang tinggal bersama Rasul di Madinah hanya beberapa orang saja.
Ayat ini menuntun kaum Muslim untuk membagi tugas dengan menegaskan bahwa tidak sepatutnya bagi orang-orang Mukmin yang selama ini dianjurkan agar bergegas menuju ke medan perang pergi semua ke medan perang sehingga tidak tersisa lagi kaum Muslimin yang melaksanakan tugas-tugas lainnya. Jika memang tidak ada panggilan yang bersifat mobilisasi umum maka mengapa tidak pergi dari setiap golongan, yakni kelompok besar diantara mereka untuk bersungguh-sungguh memperdalam pengetahuan tentang agama sehingga mereka dapat memperoleh manfaat bagi diri mereka dan juga orang lain.
Selanjutnya menurut Quraish, kata  terambil dari kata fiqh, yakni pengetahuan yang mendalam menyangkut hal-hal yang sulit dan tersembunyi. Kata fiqh di sini bukan hanya terbatas pada apa yang dipahami oleh ilmu agama yakni ilmu fiqh akan tetapi kata itu mencakup segala macam pengetahuan mendalam. Selain itu, ayat ini juga menggaris bahwahi pentingnya memperdalam ilmu dan menyebarluaskan informasi yang benar. Ayat ini menganjurkan orang untuk menuntut ilmu, namun bukan berarti lalu meninggalkan jihad (berperang) di jalan Allah itu lebih jelek dari menuntut ilmu. Akan tetapi seharusnya juga ada orang yang mau tinggal untuk memperdalam ilmunya. Sebab Rasul juga pernah mengemukakan bahwa orang yang menuntut ilmu itu juga sama dengan berjihad.
2. Surah 'Abasa (80) ayat 3-4.

3.Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),
4.Atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?

Ayat selanjutnya yang berhubungan dengan hadis di atas adalah surah 'Abasa. Ayat ini sebenarnya berkaitan dengan sebuah peristiwa, dimana Rasul pada saat itu sedang sibuk menjelaskan Islam kepada tokoh-tokoh kaum Musyrik Mekah, beliau berharap ajarannya dapat menyentuh hati dan fikiran mereka sehingga bersedia memeluk Islam. Pada saat itu datanglah seorang sahabat yang buta, yakni 'Abdulla>h ibn Ummi Maktu>m r.a. yang rupanya tidak mengetahui kesibukan Nabi itu, lalu langsung menyela pembicaraan Nabi saw. memohon agar diajarkan kepadanya apa yang telah diajarkan Allah kepada Nabi saw. ini lakukannya beberapa kali. Sikap 'Abdullah ini tidak berkenan di hati Nabi saw.-namun beliau tidak menegur apalagi menghardik- akan tetapi terlihat dari raut wajah Nabi saw. merasa tidak senang sehingga turunlah ayat ini untuk menegur beliau.
Kemudian teguran ayat 1-2 itu dilanjutkan oleh ayat 3-4 bahwa; apakah yang menjadikan kamu mengetahui yakni engkau tidak dapat mengetahui-walaupun berusaha keras untuk mengetahui hati seseorang- boleh jadi ia ingin membersihkan diri yakni beramal saleh dan mendapatkan pengajaran, sehingga itu lebih bermanfaat baginya. Ayat ini menunjukkan betapa menuntut ilmu sangat diridhoi oleh Allah dan tidak memandang siapa yang ingin dan mau menuntut ilmu, sekalipun ia seorang buta.

E. Analisis Historis (Asbabul Wurud)

Dalam kajian ini penulis tidak menemukan secara rinci dari asba>b wurud\ hadis ini, akan tetapi dari beberapa informasi yang penulis lacak, dapat dikemukakan disini melalui kajian dari awal bunyi hadis ini, bahwa sebab dikeluarkannya lagi hadis ini berkaitan dengan cerita tentang Abu Darda yang menyampaikan hadis ini kepada seseorang.
Pada satu saat ketika Kasir bin Qais sedang duduk-duduk bersama Abu Darda di Masjid Damaskus, kemudian datanglah seorang laki-laki, lalu kemudian berkata kepada Abu Darda" wahai Abu Darda aku datang kepada mu dari kota Madinah, kotanya Rasulullah saw. untuk keperluan hadis yang sampai kepada ku, bahwasanya engkau mewartakannya dari Beliau, lalu Abu Darda berkata "apakah kamu kesini untuk niat berdagang? Dia menjawab "tidak", "apakah kamu datang berniat selain itu? Dia menjawab tidak!. Kemudian Abu Darda berkata "saya mendengar Rasul saw. bersabda "Barang siapa melalaui jalan seraya mencari ilmu, maka Allah akan mempermudah baginya jalan menuju surga. Sesungguhnya malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya karena senang kepada orang yang menuntut ilmu".
Analisis historis ini mencerminkan bahwa memang pada saat itu, secara umum masyarakat sangat haus dengan ilmu. Hal ini terbukti dengan kedatangan seseorang dari Madinah ke Damaskus (sekarang siriya), hanya untuk mendapatkan sebuah hadis yang disampaikan Rasul kepada Abu Darda. Jika dikontekskan pada zaman sekarang maka hal ini seharusnya memotifasi umat Islam untuk selalu menuntut ilmu dimanapun dan kapanpun.

F. Kajian Kritik Praksis

Islam merupakan agama yang sangat memeperhatiakan dan mementingkan ilmu pengetahuan atau pendidikan, dalam berbagai kesempatan agama memberikan respon yang sangat positif terhadap orang yang berilmu dan menuntut ilmu. Hal ini dibuktikan dengan tidak hanya memberikan penghargaan dan sanjungan bagi orang yang memiliki ilmu yang dalam tetapi juga memberikan ganjaran bagi orang yang sedang atau akan menuntut ilmu.
Selain dalam al-Qur'an anjuran menuntut ilmu juga datang dari Rasul saw. bahkan banyak pernyataan-pernyataan beliau yang mengandung anjuran bahkan perintah menuntut ilmu, seperti yang sudah sering dan masyhur dikalangan umat muslim sendiri. Etos keilmuan yang dilontarkan Rasul telah menumbuhkan proses belajar-mengajar yang pada gilirannya telah menumbulkan perkembangan ilmu pengetahuan dalam berbagai cabang dan menjadi pendorong perubahan dan perkembangan masyarakat semenjak awal perkembangan Islam hingga saat ini.
Hadis yang telah dibahas di atas, mencerminkan salah satu dari penghargaan yang diberikan kepada orang yang menuntut ilmu, yakni dengan adanya perlindungan yang dilakukan oleh malaikat-malaikat dengan sayap-sayap mereka, sebab senang dengan orang yang menuntut ilmu. Sayap-sayap di sini bisa diartikan sebagai perlindungan bagi orang-orang yang menuntut ilmu.
Hadis ini disampaikan Rasul sekitar 14 abad yang lalu, kemudian bagaimana jika dikontekskan untuk zaman sekarang? Secara sederhana dapat kita katakan bahwa hadis ini merupakan sebuah anjuran (sangat penting) bagi orang untuk selalu menuntut ilmu dan jangan khawatir dengan gangguan apapun sebab ada malaikat yang diutus Allah untuk melindungi, hal ini juga sekaligus menyatakan bahwa orang Islam itu harus pintar sebab mereka punya tanggung jawab intektual kepada Allah
Selanjutnya dalam hadis ini, secara kebahasaan orang yang dianjurkan menuntut ilmu dan mendapat perlindungan dari malaikat, tidak hanya orang pergi dari rumahnya untuk menuntut ilmu tapi lebih luas dari itu, yakni setiap orang yang berangkat dari tempat dia berdiam baik dekat maupun jauh. Dalam hadis lain juga disebutkan bahwa orang yang pergi keluar rumahnya untuk mrnuntut ilmu maka ia berada di jalan Allah sampai ia kembali.
Akan tetapi yang lebih penting dari ini semua sebenarnya adalah mentansfer ilmu yang telah dimiliki, seperti yang dilakukan oleh Abu Darda. Dalam konteks hadis ini, Abu Darda menyampaikan apa yang ia dapat dari Rasul kepada orang yang bertanya kepadanya. Pada saat ini, kebiasaan sementara orang yang paham tidak lalu menyampaikan apa yang ia pahami kepada orang lain dengan alasan materil banyak terjadi. Hal ini akan menghambat transfer ilmu. Padahal telah diketahui bahwa tujuan dari menuntut ilmu itu adalah membentuk manusia yang baik, yang memiliki akhlaq dan keterampilan guna melaksanakan tugas pengabdian kepada Allah dalam rangka melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi ini yang dilaksanakan sebagai relisasi keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt. Jika ada ke-enggan-an (atau bahkan tidak mau) mentransfer ilmu dengan alasan materil maka akan ada keterhambatan ilmu, dan hal ini jugalah yang di larang oleh agama.
Disamping itu, orang yang menuntut ilmu akan mendapat perlindungan dari Allah melalui malikat hingga ia kembali menurut hadis ini adalah orang yang memang melakukannya dengan niat murni untuk mendapatkan ridha Allah. Hal inilah yang dicontohkan oleh hadis di atas yakni ketika Abu Darda bertanya kepada seseorang yang meminta hadis kepadanya."apa niat anda kemari untuk berdagang atau yang liannya?" orang yang dalam hadis ini tidak disebutkan siapa orangnya lalu menjawab "tidak", saya hanya ingin mendapatkan ilmu dari Anda. Ini mengindikasikan keikhlasan seseorang dalam mencari ilmu, meskipun tempat yang dia tempuh sangat jauh, hal inilah yang perlu ditiru untuk saat sekarang ini.


G. Penutup dan Kesimpulan

Demikianlah pemahaman terhadap hadis tentang naungan malaikat terhadap orang yang keluar untuk menuntut ilmu. Dari hadis di atas dapat kita simpulkan beberapa hal, pertama, Islam melalui al-Qur'an dan sunnah memberikan penghargaan berupa kemulian dan keutamaan bagi orang-orang yang menuntut ilmu. Kedua, menuntut ilmu wajib dilakukan oleh setiap manusia, dan tidak memandang dari segi umur, kapanpun, siapapun, dan dimanapun berada, maka menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban.
Ketiga, Allah melalui malaikat-Nya, akan memberikan perlindungan bagi orang yang menuntut imu sejak ia meninggalkan rumahnya hingga dia kembali. Keempat, perlindungan Allah melalui malakiat-Nya boleh saja bersifat zohir, dalam arti malaikat akan membentangkan sayapnya bagi orang yang menuntut ilmu, namun yang paling signifikan adalah bahwa Allah dan maliakat akan terus "menjaga" dan memberikan kemuliaan bagi orang yang menuntut ilmu.
Terakhir sebagai sebuah penutup, semoga penelitian yang singkat ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat dijadikan bahan diskusi yang menarik, tentunya dapat juga menambah wawasan terhadap pemahaman hadis Rasul, dalam kehidupan sehari-hari manusia untuk di dunia dan juga akhirat kelak. Amin.




DAFTAR PUSTAKA

al-Tirmiz\i, Muhammad Isa bin Surah. Sunan at-Tirmiz\i terj. Muh. Zuhri dkk. Semarang: CV. Asy-Syafi'i. 1992.
Ba>qi>, Muhammad Fuad 'Abdul. al-Mu'jam al-Mufahras li al-Fa>z} al-Qur'a>n al-Kari>m. Beirut: Da>r al-Ma'rifah, 2007.
Ibn Manz}hu>r, Jama>l al-Di>n Makram. Lisa>n al-'Arab . Beirut: Da>ru S}a>dir. 1992.
Ibn Majah, Abu Abdullah. Terjemah Sunan Ibnu Majah, terj. Abdullah Sonhaji. Semarang: CV. Asy-Syafi'i. 1992.
Munawwir, Ahmad Warson. Kamus Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka Progresif. 2002.
Munir, Ahmad. Tafsir Tarbawi: Mengungkap Pesan al-Qur'an tentang Pendidikan. Yogyakarta: Teras. 2008.
Shihab, M. Quraish Yang Tersembunyi: Jin, Iblis, Setan & Mailaikat dalam al-Qur'an, as-Sunnah, serta Wacana Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Masa Kini. Jakarta: Lentera Hati. 2006.
,Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur'an. Jakarta: Lentera Hati. 2004.
Wahyudi, M. Jindar Nalar Pendidikan Qur'ani. Yogyakarta: Apeiron Philotes. 2006.
Wensinck, A.J. al-Mu'jam al-Mufahras} fi al-Fa>z} al-H{adi>s\ al-Nabawi>. Istanbul: Da>r al-Dakwah. 1978.
CD Mausu'ah al-H{adi>s\ al-Syari>f.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar