Halaman

Jumat, 04 September 2009

MANAJEMEN PENDIDIKAN DALAM AL-QUR'AN
(Melacak Metode al-Qur'an Mendidik Manusia)


A. PENDAHULUAN

Agama Isalm melalui al-Qur'an memiliki perhatian khusus terhadap ilmu, oleh karena itu sikap Islam terhadap ilmu sangat apresiatif. Dalam banyak ayat al-Qur'an dan hadis Rasul saw. sangat mencerminkan sikap apresiatif itu. Untuk itu, sebelum penulis menjelaskan tentang manajemen pendidikan dalam al-Qur'an, dalam pendahuluan ini penulis akan penjelaskan terlebih dahulu sikap Islam terhadap ilmu, dari sini nantinya akan mudah untuk melacak manajemen pendidikan dalam al-Qur'an.
Untuk tujuan di atas, terlebih dahulu akan penulis kemukakan beberapa ayat al-Qur'an yang berhubungan dengan sikap al-Qur'an terhadap ilmu.
Pertama, "Dia (Allah) mengajarkan kepada Adam nama-nama semuanya". (QS. Al-Baqarah (2): 31) hal ini berarti; 1) Sumber imu adalah Allah, karena itu segala yang bersumber dari-Nya adalah benar, karena ilmu adalah kebenaran. 2) Ilmu adalah anugerah, ia bukan sesuatu yang dirampas oleh manusia seperti yang terdapat dalam mitologi Yunani kuno, ini artinya bahwa semakin dekat seseorang dengan-Nya maka semakin besar pula potensi untuk memperoleh limpahan ilmu dengan berbagai cara yang telah ditetapkan oleh Allah.
Kedua, "Bacalah dengan nam Tuhanmu atau demi nama Tuhanmu". (QS. al-'Alaq ayat 1). Ayat ini menerangka bahwa, objek bacaan dan penelitian terbuka lebar sepanjang pembacaan dan penelitian dapat dilakukan. Satu-satunya syarat adalah bahwa ia harus dilakukan karena Allah, dimana Dia adalah rabb atau pendidik.
Ketiga, "Seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah".(QS. Luqman (31): 27). Ini berarti, ilmu adalah samudera yang tidak bertepi, karena itu Nabi Muhammad saw. tetap dituntut untuk berdo'a dan berusaha mendapatkan ilmu sebanyak mungkin. Dari sini lahir ungkapan yang populer "tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat". Artinya belajarlah seumur hidup.
Keempat, surah al-'Ashr, antara lain menggarisbawahi bahwa manusia yang tidak merugi adalah: yang saling mengingatkan tentang kebenaran dan kesabaran. Ilmu adalah kebenaran. Wasiat-mewasiati berarti saling mengajari tentang kebenaran itu, ini artinya bahwa seorang Muslim di samping belajar juga wajib mengajar.
Dari hal ini dapat dikatakan, bahwa al-Qur'an sangat apresiatif (sangat mengutamakan) sekali terhadap ilmu pengetahuan. Prinsip-prinsip ini diletakkan agar para penuntut ilmu meningkatkan kwalitas kemanusiaannya serta kwalitas hidupnya tampa kehilangan identitas seorang Muslim yang berserah diri kepada Allah.

B. MANAJEMEN PENDIDIKAN dalam Al-QUR'AN (Sebuah Metode)

Tujuan pendidikan al-Qur'an adalah "membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang telah ditetapkan Allah". Atau dengan kata yang lebih sederhana dan singkat dan sering digunakan oleh al-Qur'an "Untuk bertaqwa kepada-Nya". Dalam konteks ini, berarti manusia harus mampu mengekspresikan pembinaan al-Qur'an itu dalam kehidupannya di dunia ini sebagai bekal untuk kehidupannya di akhirat kelak. Artinya, bahwa manusia harus mampu menjalankan tugas yang di embankan kepadanya yakni sebagai khalifah di bumi ini untuk memmakmurkan bumi dan menjaga kelestariannya, dengan tidak lupa bersyukur kepada Allah.
Al-Qur'an, dalam mengarahkan pendidikannya kepada manusia, yakni dengan memandang, menghadapi, dan memperlakukan makhluk tersebut sejalan dengan unsur penciptaannya: jasmani, akal dan jiwa, atau dengan kata lain mengarahkannya menjadi manusia seutuhnya. Oleh karena itu materi-materi pendidikan yang disajikan oleh al-Qur'an hampir selalu mengarah pada jiwa, akal dan raga manusia. Sampai-sampai ada ayat yang mengaitkan keterampilan dengan kekuasaan Allah swt., yakni;
"Dan bukanlah kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allahlah yang melempar." (QS 8 : 17).

Dalam penyajian materi pendidikanya, al-Qur'an membuktikan materi-materi yang disampaikan dengan dua hal; pertama, dengan dikemukakan langsung dalam ayat al-Qur'an itu sendiri ataupun kedua, melelui pembuktian sendiri oleh manusia (peserta didik) melalui penalaran akalnya. Ini dianjurkan oleh al-Qur'an untuk dilakukan pada saat mengemukakan materi tersebut, agar akal manusia merasa bahwa ia berperan dalam menemukan hakikat materi yang disajikan itu sehingga merasa memiliki dan bertanggung jawab untuk membelanya. Hal ini ditemui pada setiap permasalahan; akidah atau kepercayaan, hukum, sejarah, dan sebagainya.
Dari kenyataan di atas, dalam mendidik manusia ada beberapa metode yang digunakan al-Qur'an untuk mengarahkan manusia ke arah yang dikehendakinya, yakni;
1. Menggunakan Kisah
Setiap kisah yang dikemukakan oleh al-Qur'an adalah untuk menunjang materi yang disajikan, baik kisah tersebut benar-benar terjadi maupun kisah simbolik. Dalam mengemukakan kisah-kisah al-Qur'an tidak segan-segan untuk menceritakan kelemahan manusiawi. Akan tetapi ahal tersebut digambarkan al-Qur'an sebagaimana adanya, tanpa menonjolkan segi-segi yang dapat mengundang tepuk tangan ataupun rangsangan. Kisah itu bisasanya diakhiri dengan menggarisbawahi akibat kelemahan itu dan melukiskan kesadaran manusia yang disebut dalam cerita itu.
Perhatikan misalnya pada kisah Karun (QS. Al-Qashash ayat 76-81), dalam kisah ini digambarkan setelah Karun menyombongkan diri dengan berkata bahwa harta yang didapatnya adalah merupakan hasil jerih payah dan keringatnya sendiri, sehingga membuat kagum orang yang ada disekitarnya terhadap kekayaan yang dimilikinya, tiba-tiba gempa menelan Karun dan kekeyaannya. Orang-orang yang tadinya kagum menyadari bahwa orang yang durhaka tidak akan menerima dan memperoleh keberuntungan yang langgeng.
Demikianlah al-Qur'an dengan metode kisah ingin mengajarkan dan mengarahkan manusia agar mengikuti apa yang dikehendaki oleh al-Qur'an itu sendiri.
2. Menggunakan Kalimat-kalimat yang Menyentuh Hati
Disamping kisah, al-Qur'an juga menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk mengarahkan manusia kepada ide yang dikehendakinya. Akan tetapi, nasihat yang disampaikan oleh al-Qur'an selalu disertai dengan panutan oleh sipemberi atau penyampai nasihat tersebut, dalam hal ini adalah Rasulullah saw. karena itu terhimpun dalam diri Rasulullah berbagai keistimewaan yang memungkinkan orang-orang yang mendengarkan tertarik dan membuat orang yang mendengar melihat jelmaan langsung dari nasihat-nasihat yang disampaikan oleh al-Qur'an pada diri Rasulullah. Hal ini akan mendorong mereka untuk meyakini keistimewaan dan mencontoh pelaksanaannya.
Dengan demikian, melalui kalimat yang menyentuh hati serta contoh kongkrit yang ada dalam diri Rasulullah ini, akan menjadikan efektif ajakan al-Qur'an atau pendidikan yang disampaikan al-Qur'an kepada manusia. Secara signifikan metode ini akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kejiwaan manusia dan arahan al-Qur'an akan terlihat sangat menyenangkan.
3. Perumpamaan
Metode yang selanjutnya adalah masal atau perumpamaan. Proses penyampaian suatu informasi dalam kegiatan belajar-mengajar, akan lebih menarik dan efisien jika dituangkan dalam bentuk sebuah cerita dan ungkapan yang indah, salah satu bentuknya adalah menggunakan tamsil. Dalam konteks sastra, kata ini biasanya disebut sebagai ungkapan yang disampaikan dengan maksud menyerupakan keadaan yang terdapat dalam suatu ucapan dengan keadaan yang karenanya perkataan itu di ungkapkan. Oleh karena itu, kata ini sering digunakan untuk menunjuk kwalitas hasil, yang diharapkan dapat diambil pelajaran bagi pendengarnya.
Secara sederhana, dari pengungkapan masal atau tamsil tersebut, diharapkan dapat menampilkan makna dalam bentuk yang hidup dan dapat diyakini dalam pikiran sipendengarnya, dengan cara mengedepankan yang ghaib dengan yang hadir, yang absatrak dengan yang kongkrit, sehingga jiwa pendengar dapat menangkap makna-makna tersebut secara proporsional. Dengan demikian, al-Qur'an dapat memberikan pelajaran yang mampu mengubah sikap hidup dan pola hidup peserta didik (manusia) ke arah yang diingini olehnya.

C. PENUTUP
Demikianlah ungkapan-unkapan al-Qur'an yang terkait dengan manajemen pendidikan al-Qur'an khususnya terhadap metode pengajaran al-Qur'an bagi manusia sebagai peserta didik. Jika kita cermati lebih mendalam lagi, kemungkinan kita akan dapat menjumpai lebih banyak lagi metode-metode yang disampaikan al-Qur'an untuk mendidik manusia. Namun demikan, apa yang telah penulis sampaikan melalui makalah ini setidaknya dapat menggambarkan metode al-Qur'an dalam memberikan pendidikan terhadap manusia.
Terakhir sebagai sebuah penutup, ada baiknya kita sebagai manusia yang percaya terhadap al-Qur'an untuk menjadikan kitab suci ini sebagai panutan dalam memberikan pengajaran terhadap anak-anak dan para penerus kita, sebab selama ini sementara orang telah banyak meninggalkan al-Qur'an sebagai pegangan dan pedoman hidup baik di dunia maupun di akhirat. Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar