Halaman

Kamis, 08 November 2012

IBADAH ESENSIAL



IBADAH ESENSIAL
(Kasus Atsar al-Sujud: Kening Hitam karena Rajin Sujud)

Ibadah itu sejatinya menciptakan perubahan yang mendasar dalam diri dan jiwa manusia. Perubahan ini bukan hanya tercermin dari kondisi fisik sang hamba, namun lebih utama adalah perubahan yang terjadi pada kondisi jiwa, pola fikir, pola hidup, cara pandang, serta hubungan sang hamba dengan sesamanya menunjukkan grafik yang baik. Jadi, kondisi fisik yang “berubah” akibat “intensnya” melakukan ibadah bukanlan menjadi ukuran dalam melihat buah atau hasil dari ibadah seorang hamba.

Suatu saat, saya berdialog dengan beberapa orang mahasisiwa di kelas, kami berdiskusi tentang atsar al-sujud (tanda sujud).
Dalam al-Qur’an surah al-Fath: 29 disebutkan bahwa salah satu ciri dari umat Rasulullah saw. itu adalah: .....سِيْمَاهُمْ فِي وُجُوْهِهِمْ مِنْ اَثَرِ السُّجُوْد..... maknanya kurang lebih “kalian melihat pada wajah mereka ada tanda bekas sujud (shalat). Secara tekstual ini bisa dimakanai bahwa orang yang selalu melakukan shalat, akan berbekas pada jidat/ keningnya? Hal ini mengindikiasikan bahwa orang yang rajin melaksanakan ibadah shalat (wajib dan sunah) tentunya akan tercermin dari keningnya yang “hitam” seperti yang kita perhatikan terjadi pada sebagaian orang. Jadi apakah demikian seharusnya pak? Tanya seorang mahasiswa!
Sangat boleh jadi demikian! Karena rajin melaksanakan shalat, lalu kening mereka terlihat hitam bahkan mungkin seperti “gosong” terbakar akibat selalu mendekatkan diri kepada Allah melalui pelaksanaan ibadah shalat, apa lagi mereka tiada pernah meninggalkan Qiyam al-lail (shalat malam).
Namun perlu dicermati juga, kalau masalah hitam di jidat sih, gampang digosok-gosok atau ente shlalat saja di aspal paling tiga kali shalat sudah hitam jidatnya (kata ku, dengan nada bercanda).

Tetapi prinsipnya bahwa esensi melaksanakan shalat bukan pada jidat/kening yang hitam, namun tergambar dari sejauh mana shalat yang dilakukan itu dapat merubah perilaku dan akhlak dari orang yang melaksanakannya, Allah sangat jelas menegaskan “…sesungguhnya shalat itu, mencegah perbuatan keji dan munkar…”. Demikian lebih kurang makna dari surah al-Ankabut: 45. Jadi esensi dari pelaksanaan shalat itu bukan pada hitamnya jidat, namun terlihat dari hilangnya (paling tidak berkurang) perilaku maksiat dan munkarot dari orang yang melakukan shalat.

Jika kita cermati, Rasul SAW merupakan manusia yang paling rajin ibadahnya, bahkan Rasul SAW adalah orang yang pertama melaksanakan perintah Allah sebelum beliau menyampaikannya kepada umatnya, beliau pernah menyatakan:اَنا اوّل واجبٍ عَلى ما امرتكم به  ... Namun kita belum pernah mendengar keterangan yang menunjukkan bahwa Rasul SAW hitam kening beliau karena rajin shalat, yang terlihat justru kaki beliau yang bengkak karena selalu melaksanakan shalat, demikian keterangan yang kita dapatkan dari Sayyidah ‘Aisah al-Khumaira istri beliau.

Menurut saya, kita perlu memahami bahwa esensi ibadah itu bukan semata terlihat dari perubahan secara fisik, bagi orang yang melaksanakan ibadah, namun yang lebih esensi adalah bagaimana ibadah yang kita lakukan itu dapat menciptakan perubahan yang mendasar dalam gerak dan mobilitas kehidupan kita menuju kehidupan yang lebih baik.
Hal ini berlaku untuk seluruh ibadah yang kita lakukan sehingga kita tidak lagi terpaku pada kulit luarnya belaka, namun munculnya perubahan dari dalam diri kita semua. Wallahua’lam…